Hitam Putih Bahasa Indonesia dalam Era Apalah-apalah

Hitam Putih Bahasa Indonesia dalam Era Apalah-apalah

Oleh: Musyfiq*

Diera gobalisasi saat ini, kemajuan dan perkembangan teknologi sangatlah pesat. Kemajuan dan perkembangan tersebut tentunya akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari. Apalagi dengan masuknya budaya asing yang akan semakin mempengaruhi kehidupan dan pergaulan masyarakat, terutama remaja. Dengan semakin majunya teknologi dan di tambah dengan pengaruh budaya asing tersebut, maka akan mengubah gaya hidup, seperti cara berpakaian, tetapi juga dapat mengubah cara seseorang (dalam hal ini remaja) dalam berinteraksi serta berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini tentunya berkaitan erat dengan penggunaan bahasa.
Seiring perkembangan zaman, penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar pada masyarakat terutama pada kalangan remaja secara perlahan mulai tidak tampak. Hal ini terjadi karena munculnya modifikasi bahasa, yang sering di sebut dengan bahasa alay. Fenomena bahasa alay memang tengah membius para remaja kita saat ini. Bahasa alay itu sangat berbeda dari bahasa biasanya, awal mula kemunculan bahasa rumit ini tidak lepas dari perkembangan SMS (Short Message Service) alias layanan pesan singkat. Namanya saja pesan singkat, maka menulisnya jadi serba singkat, agar pesan yang panjang bisa terkirim hanya dengan sekali SMS. Selain itu juga agar tidak terlalu lama mengetik dengan tombol handphone yang terbatas. Awalnya memang hanya serba menyingkat. Kemudian huruf-huruf mulai diganti dengan angka, atau diganti dengan huruf lain yang jika dibaca kurang lebih menghasilkan bunyi yang mirip.
Masa remaja merupakan masa-masa dimana seseorang sedang mencari identitas diri, ingin mendapat pengakuan, dan masih sangat labil sehingga remaja memiliki hasrat untuk mengikuti segala sesuatu yang dianggap menarik tanpa melihat sisi negatif yang akan di timbulkan. Hal ini dominan karena remaja sedang dalam tahapan pencarian dan pembentukan identitas diri. Remaja ingin diakui sebagai individu unik yang memiliki identitas sendiri yang terlepas dari dunia anak-anak maupun dewasa. Keberadaan bahasa alay dianggap kaum muda sebagai alat komunikasi dalam pergaulan sehari-hari. Baik lisan maupun tulisan, bahasa ini dianggap sebagia media berekspresi. Namun, tanpa disadari lama kelamaan bahasa alay bisa mengancam eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan karena semakin beda dengan kaidah-kaidah bahasa yang baik dan benar.
Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaksis untuk membentuk kalimat yang memiliki arti. Akan tetapi, munculnya bahasa alay juga merupakan sinyal ancaman yang sangat serius terhadap bahasa Indonesia dan pertanda semakin buruknya kemampuan berbahasa generasi muda zaman sekarang. Disinyalir penggunaan bahasa alay oleh para remaja ABG (Anak Baru Gede) mungkin dimaksudkan untuk menyingkat karakter agar efisien atau agar para orang tua yang kebetulan memergoki mereka ketika tengah ber-SMS atau mencuri kesempatan membuka HP anaknya menjadi pusing sendiri karena tidak mengerti bahasa yang tertulis tersebut. Kalau setiap hari para remaja kita sudah terbiasa ber-SMS sampai ratusan kali dengan menggunakan bahasa alay terus-menerus, tidak mustahil mereka menjadi linglung ketika harus menjawab soal bahasa Indonesia yang mempunyai aturan baku tentang penggunaan huruf besar dan kecil, tanda-tanda baca, dan lain-lain.
Berikut disampaikan contoh beberapa bahasa alay, Aku: Akyu, Akuwh, Akku, aQ. Kamu: U, Kw, Camoe. Rumah: Humz, Hozz, dan lain lain. Bahkan yang paling parah belakangan ini kita dikejutkan dengan beberapa media yang memakai bahasa tidak layak untuk dipakai di publik. Hingga media tersebut mendapat kecaman dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Pemuda hari ini sudah pandai dalam memakai bahasa seperti itu, apalagi dengan adanya bahasa “Apalah-apalah” atau “Sukses ya say”.
Sesungguhnya terdapat dampak positif dengan digunakannya bahasa alay ini. Mungkin saja bisa menjadikan remaja lebih kreatif. Terlepas dari mengganggu atau tidaknya bahasa alay ini, tidak ada salahnya kita menikmati tiap perubahan atau inovasi bahasa yang muncul.. Asalkan di pakai  pada situasi yang tepat, media  yang tepat dan komunikasi  yang tepat juga. Sedangkan dampak negatif lainnya, seperti dapat mengganggu siapa pun yang membaca dan mendengar kata-kata yang termaksud di dalamnya, karena tidak semua orang mengerti akan maksud dari kata-kata alay tersebut. Terlebih lagi dalam bentuk lisan, sangat memusingkan dan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memahaminya.
Penggunaan bahasa alay dalam kehidupan sehari-hari ini mempunyai pengaruh negatif  bagi kelangsungan bahasa Indonesia. Pengaruh dari bahasa alay tersebut adalah masyarakat Indonesia tidak mengenal lagi bahasa baku, masyarakat Indonesia tidak memakai lagi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), Masyarakat Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia itu sendiri dan tidak mau mempelajarinya karena merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia secara baik dan benar, penulisan bahasa Indonesia menjadi tidak benar karena telah diganti dengan symbol dan angka yang tidak sepatutnya.
Jika hal ini terus berlangsung, dikhawatirkan akan menghilangkan budaya berbahasa Indonesia dikalangan remaja bahkan dikalangan anak-anak. Karena bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Negara kita dan juga sebagai identitas bangsa ini. Melihat dampak yang cukup mencengangkan ini, apa yang sebaiknya dilakukan untuk meminimalisir dampak negatif penggunaan bahasa alay ini?.
Pertama, sebaiknya guru-guru bahasa Indonesia di sekolah lebih menekankan lagi bagaimana cara penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menurut EYD. Kedua mengurangi kebiasaan mengirim pesan singkat dengan tulisan yang aneh dan terlalu disingkat-singkat. Disamping mudah membacanya akan lebih efisien waktu dan tidak membuat penerima pesan merasa kebingungan membaca tulisan kita. Ketiga banyak membaca tulisan yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Artinya di dalam buku tersebut terdapat tulisan yang formalitas dan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Misalnya wacana, berita, ataupun informasi dalam surat kabar. Keempat, sebaiknya kita rajin membaca KBBI. Karena banyak kosa kata bahasa Indonesia yang sudah banyak kita lupakan. Ini adalah salah satu wujud bangga terhadap bahasa kita bahasa Indonesia. Perkembangan zaman memang tidak dapat kita bendung, tapi sebagai pengikut yang bijak sepatutnya kita dapat memilah mana yang baik ataupun yang tidak. Agar tidak merugikan kita sendiri ke depannya.


*)Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumenep. Tercatat sebagai Pemuda Penggerak Cinta Bahasa Indonesia (PPCBI), Duta Bahasa Jawa Timur dan aktif di PMII Sumenep.

Prodak Hukum

Telaah Sistem Pengkaderan PMII

Ketua Umum PC Sumenep 2015-2016
 Sistem pengkaderan PMII adalah upaya pembelajaran yang terarah, terencana, sistematis, terpadu, berjenjang dan berkelanjutan untuk mengembangkan potensi, mengasah kepekaan, melatih sikap, memperkuat karakter, dan memperluas wawasan agar menjadi manusia yang santun, cerdik, cendikia, terampil dan siap menjalankan roda organisasi untuk mencapai cita-cita per juangannya.
Ada lima argumentasi mengapa harus ada pengkaderan. Pertama, sebagai pewarisan nilai-nilai (argumentasi idealis). Kedua, pemberdayaan anggota (argumentasi strategis). Ketiga, memperbanyak anggota (argumnetasi praktis). Keempat, persaingan antar kelompok (argumentasi pragmatis) dan yang kelima sebagai mandataris organisasi (argumnetasi administrative). 
     Secara filosofis, pengkaderan PMII hendak mencipta manusia merdeka (independent). Sementara proses pengkaderan itu menuju pada satu titik, yakni mencipta manusia Ulul Albab. Pengertian sederhananya adalah manusia yang peka terhadap kenyataan, mengambil pelajaran dari pengalaman sejarah, giat membaca tanda-tanda alam yang kesemuanya dilakukan dalam rangka berdzikir kepada Allah SWT, berfikir dari berbagai peristiwa alam, sejarah masyarakat, serta firman-firman-Nya. Pengertian Ulul Albab ini disarikan dalam motto dizkir, fikir, amal sholeh.
    PMII merupakan organisasi kaderisasi dengan basis massa terbesar di Indonesia. Besarnya massa yang dimiliki, menuntut PMII harus mampu mengantarkan warganya memahami realitas dirinya sendiri dan dunia sekitarnya. Oleh karena itu, sistem pengkaderan di PMII diarahkan pada terciptanya individu-individu yang merdeka, otonom, independen, baik dalam bepikir, bersikap maupun berperilaku serta memiliki kapasitas dan kepedulian berpartisipasi secara kritis dalam setiap aksi perubahan menuju tatanan masyarakat yang PMII cita-citakan.
    Kader merupakan ruh organisasi (ahli waris nilai-nilai Ke-PMII-an). Pengkaderan di PMII harus diformulasikan secara sistemik dan terencana. Pola pengkaderan di PMII haruslah mengandung esensi dalam rangka memformulasikan tahapan jenjang kaderisasi yang dibangun di atas kerangka pijakan yang jelas dan mesti dimiliki oleh kader. Selain itu, pengkaderan PMII juga harus diproyeksikan pada terlaksananya pola kaderisasi yang tersusun secara reguler dan berjenjang serta sesuai dengan visi dan misi organisasi.
    Problem mendasar PMII hari ini adalah sulitnya mencari “kader ideologis”, yaitu berpegang teguh pada nilai-nilai ahlusunnah waljamaah ala PMII. Harus diakui, pragmatisme yang dibangun (disadari atau tidak) oleh beberapa kader atau alumni PMII yang mencoba membangun loyalitas kader dengan setumpuk tawaran pragmatisme, telah mengakibatkan kader-kader PMII mengalami deviasi (erosi idealisme dan moral) dari tujuan semula sebagai organisasi kader. Kentalnya pragmatisme, membawa runtuhnya nilai-nilai ideologis kader akan sistem nilai, keyakinan dan sikap yang selalu menjunjung tinggi kebenaran, keadilan, dan kejujuran. Apapun taruhannya, hal ini berimplikasi pada menurunnya kadar kritisisme pemikiran dan gerakan yang membuat PMII mengalami degradasi cukup tajam di sana–sini.
    Indikator termudah adalah sulitnya kita mencari korelasi nyata antara sepak-terjang kader dengan basis ideologi dan paradigma yang dimiliki PMII miliki. Hemat saya, dari beberapa penglihatan sederhana dengan beberapa sahabat lainnya, ada kecenderungan besar dari para pengurus atau kader PMII bahwa apa yang mereka lakukan selama ini, lebih banyak merupakan “reaksi spontan” atas realitas yang terjadi, bukan berdasarkan implementasi proses (hasil) pengkaderan sistemik dari PMII. Artinya, PMII hanya mampu memberikan wadah saja untuk berkiprah, tetapi gagal memberikan “atmosfir” kondusif yang mampu mendorong terciptanya proses dan hasil kaderisasi yang terbaik sesuai dengan mekanisme atau pola pengkaderan yang ada di PMII. Kalau toh kemudian ada beberapa kader PMII yang kritis, piawai dalam gerakan aksi jalanan dan pemberdayaan, serta “melek wacana” (intelek), itu lebih dikarenakan kuatnya kemauan dan kerja keras individu kader itu sendiri, bukan imbas nyata dari proses pengkaderan terencana dan sistemik dari PMII. Bahkan, yang lebih ekstrim, ada kecendrungan bahwa kalau mereka ingin mengasah dan menambah kemampuan intelektual serta menemukan habitat yang kondusif bagi pergulatan dengan segala discursus keilmuan, keislaman ataupun filsafat, harus mencarinya ditempat lain di luar PMII. Mereka lebih banyak bergabung dengan kelompok kajian-kelompok kajian yang didirikan oleh para mantan alumni PMII, komunitas NU lainnya ataupun oleh kelompok diluar tradisi PMII atau NU sendiri. Begitu pula dengan sahabat-sahabat kita yang sangat getol dengan “gerakan jalanan”, lebih merasa punya eksistensi dan terakomodasi di berbagai organisasi semi legal, bukan di PMII.
    Fenomena di atas, sungguh meresahkan, sebab PMII tidak lagi diyakini mampu mewadahi segebok idealisme mahasiswa, baik dalam ranah pemikiran ataupun gerakan, justru kelompok kajian dan organisasi semi legal yang tidak memiliki kaitan struktural apapun dengan PMII yang mampu memberikan apa yang mereka butuhkan. Memang hal ini tidak bisa digeneralisir sedemikian rupa, tetapi sekecil apapun kadar kecenderungan di atas, tetap harus menjadi konsentrasi bersama dari seluruh pengurus dan aktifis PMII dimanapun saja, agar fenomena ini tidak semakin menggelinding membentuk bola salju yang kian membesar, dan pada satu saat nanti benar-benar mencerabut tradisi kritisisme yang selama ini telah dibangun.
     Dasar teologis, filosofis maupun paradigmatik sistem dan pola pengkaderan di PMII sebenarnya sudah cukup baik, bahkan oleh beberapa kalangan di luar PMII diakui cukup komplit, terpadu, berbobot, dan dalam sisi metodologi cukup sistematis daripada yang ada di organisasi kemahasiswaan lainnya. Namun, harus diakui bahwa persoalannya kemudian adalah bagaimana mendia logkan sistem dan panduan pengkaderan sehngga mampu melahirkan kader-kader yang ideologis, visioner, dan lain sebagainya sesuai yang PMII cita-citakan.
Sejumlah persoalan di atas merupakan realitas obyektif sebagai implikasi dari persentuhan PMII dengan berbagai kondisi obyektif internal organisasi, kampus, dan lingkungan sekitarnya. Sebagai upaya menjawab tantangan di atas maka seharusnya PMII mendasarkan pola pengkaderannya pada kebutuhan lokal kader PMII di setiap daerah masing-masing, pola pengkaderan yang melihat dan memadukan setiap potensi, peluang, dan kecendrungan kader PMII untuk menjawab kelemahan – kelamahan yang ada di PMII.

Mengenal Lebih Dekat, Abdul Wahab Jaelani (Pendiri PMII)

Mungkin, banyak yang tak asing dengan nama Abdul Wahab Jaelani. Ya, laki-laki kelahiran Semarang, 21 November ini merupakan salah satu dari 13 pendiri PMII sekaligus menjadi Ketua Umum PKC PMII Jawa Tengah pertama. Kepribadian tegas dan jujur, menjadi bekal dalam menjalankan segala aktifitas organisasi dan kehidupannya. Pengalaman organisasi yang ia miliki pun tak sedikit, yaitu PMII PKC Jawa Tengah pada tahun 1968, dan ditemani oleh Yusuf Ruhayat sebagai Sekretaris Umum serta H. Rifa’i sebagai Bendahara PKC saat itu. Perjuangan tak berhenti di situ, ia pun pernah menjabat sebagai ketua NU Cabang Semarang periode tahun 1985.
Hj. Qomariyah, wanita berparas ayu yang dinikahinya pada tahun 1969, mengakui kecakapannya dalam urusan berorganisasi, sehingga membuatnya terpilih sebagai anggota DPR Provinsi sebanyak dua kali, yakni tahun 1978-1982 serta 1982-1987. Lelaki yang pernah menjadi anggota PWNU Mubarat itu pun, dipercaya kembali menjadi anggota DPR Kota Semarang masa bakti 1987-1992. Nikah massal dan sunnat massal ia adakan semasa jabatannya ketika menjadi anggota PWNU. Di kalangan keluarganya, pak Wahab, begitu panggilan akrabnya, dianggap sebagai sosok yang lugas, jujur, apa adanya serta, menjalankan tugas sesuai dengan jalurnya. Patut untuk dicontoh bagi setiap kader PMII.
Bukan hanya aktifitas dunia yang selalu ia tekuni, berziarah ke makam kedua orang tua serta Kiai Soleh Darat juga menjadi kegiatan spiritual rutin. Tujuannya tak lain adalah  untuk lebih mendekatkan diri dengan Sang Ilahi. Bahkan suatu saat, ketika beliau sedang membacakan doa di makam Kiai Soleh Darat, seekor kunang-kunang jatuh dihadapannya dan berubah menjadi sebuah batu akik yang cantik. Yang kemudian ia simpan untuk dirinya sendiri. Seorang kader PMII serta pemimpin yang sederhana memang patut untuk ditiru semangat dan kepribadiannya. Namun, takdir kematian memang tak dapat dielakkan. Rabu, 21 Mei 1996, beliau harus berpulang ke rahmatullah karena penyakit jantung yang dideritanya. Dan beliau dimakamkan di daerah Bargota, Jl. Wit Saleh. Semarang. (Lahumul fatihah).

Nama lengkap                         : Alm. Abdul Wahab Jaelani
Tempat, Tanggal Lahir            : Semarang, 21 November 1936
Alamat                                     : Jl. Flamboyan. No. 56. Sampangan. Semarang
Pendidikan                              :
a.       Sarjana Ekonomi Akop (Akademi Koperasi) Semarang
b.      Sarjana Hukum UNTAG tahun 1985
Pengalaman Organisasi     :
a.       PMII PKC Jawa Tengah 1968
b.      Ketua NU Cabang Semarang sekitar th 1985
c.       Anggota PWNU Mubarat
d.      Anggota DPR Provinsi Jawa Tengah tahun 1978-1982, 1982-1987
e.       Anggota DPR kota Semarang masa bakti 1987-1992
Nama istri                             : Hj. Qamariyah
Nama anak                            :
1.      Aida Malikha, S. Psi, M. Si
2.      M. Qosim Marzuki, SE, Akt
3.      Laila Fitriana, SH
4.      Ahson Mas’ud, S. Sos
5.      Nur Arofa, S. Psi\

Sumber: 

PMII Sumenep Dorong Warga Madura Persiapan Diri Hadapi MEA

Dialog Keperempuanan PMII STKIP Sumenep
Sumenep, 26/4 (Media Madura)- Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan diberlakukan pada akhir tahun 2015, direspon oleh berbagai kalangan, tidak terkecuali aktifis Mahasiswa Ekstra kampus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Bahkan salah satu organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia itu terus mendorong agar warga Madura mempersiapkan diri menghadapi MEA.
Bertepatan hari lahir PMII pada 17 April dan Hari Kartini pada 21 April 2015 diperingati oleh Pengurus Komisariat PMII STKIP-PGRI Kabupaten Sumenep dengan menggelar Dialog sambut MEA dengan mendatangkan aktifis kondang, yakni Nunung Fitriana (Mantan Pengurus PKC PMII Jatim) dan Ny. Khoirun Nisa’ (Mantan Ketua Fatayat NU Sumenep).
Dengan mengusung tema “Refleksi Harlah PMII, Semangat Perempuan Madura Hadapi MEA”, Komisariat PMII STKIP-PGRI Sumenep mencoba membakar semangat para kader perempuannya, guna menghadapi MEA 2015
“Kami sengaja menggandengkan dua acara peringatan yakni Harlah PMII dan Hari Katini, serta mengangkat tema MEA agar kader putri PMII dan seluruh warga Madura siap menghadapi MEA dengan rasa optimisme,” tegas Ulifiya, Ketua Komisariat PMII STKIP dalam sambutannya.
Selain itu, dirinya berharap para aktifis PMII tidak hanya berkutat pada kegiatan seremonial, namun juga melakukan langkah nyata, serta mengambil peran strategis dalam setiap mementum pembangunan
“Kita harus bebuat nyata bagi negeri ini dan Madura khususnya, wajib hukumnya kader PMII ambil bagian dalam setiap mementum pembangunan, tidak terkecuali kader putri,” tambahnya
Dalam sambutan yang lain, Sekretaris Umum PMII Cabang Sumenep, Abd. Halim yang mewakili Ketua Cabangnya mengapresiasi atas gagasan kegiatan yang diprakarsai PMII STKIP
“Atas nama Pengurus Cabang kami mengapresiasi kegiatan ini, saya sepakat bahwa kader PMII tidak boleh terlena budaya dan produk luar, kita harus menjadi penggagas dan promotor produk lokal, sebab dengan begitu kita akan bisa bersaing di MEA nantinya,” tandasnya

Dalam acara itu tidak kurang dari 250 Kader PMII di Kabupaten Sumenep dan delegasi PMII se Madura, uniknya, selain menampilkan tarian tradisonal dalam opening ceremonynya, mereka menyuguhkan menu makanan tradisonal, seperti Klepon, Kocor dan jajanan khas Madura lainnya dalam hidangannya, menjadikan acara tersebut tampak berbeda dari acara resmi lainnya. ( post media madura )

PERINGATI HARLAH PMII, TAMPILKAN KREATIVITAS KADER


Pemotongan tumpeng harlah pmii STKIP oleh mabimkom yang
diserahkan kepada ketua komisaria STKIP Ulifiyah
PMII Sumenep – Komisariat Pergerakan Mahasiswa islam Indonesia Sekolah tinggi keguruan dan ilmu pendidikan persatuan guru republik Indonesia (PMII STKIP PGRI) Sumenep menggelar peringatan Harlah PMII Ke-55 dan Hari Kartini. Acara yang dilaksanakan di Aula SKD kabupaten Sumenep menyuguhkan berbagai kreativitas seni yang dimiliki kader. Beberapa karya seni yang ditampilkan yaitu musik, paduan suara (PS) dan tari, Minggu (26/04/2015).
Lusi Damayanti Ketua Panitia Pelaksana Memaparkan, pagelaran seni akan memeriahkan Peringatan Harlah PMII dan Hari Kartini yang merupakan hasil kekayaan potensi kader.
“Komisariat PMII STKIP PGRI Sumenep mempunyai beberapa wadah untuk menyalurkan bakat dan minat kader diantaranya yaitu Sanggar Tari bintang Sembilan, bintang Sembilan Band dan paduan suara bintang Sembilan” Paparnya.
Ketua Komisariat STKIP PGRI Sumenep Ulifiyah memberikan apresiasi terhadap penampilan seni tersebut “saya sangat bangga, ternyata penampilan yang disuguhkan sangat luar biasa” ungkapnya
Sementara itu Abd. Halim Sekretaris Cabang PMII Sumenep menuturkan dalam sambutannya, potensi kader yang ada agar senantiasa diberdayakan sehingga kader mampu mengembangkan potensi yang mereka miliki.
“Kader PMII banyak tentu potensi yang dimiliki beragam sehingga menjadi tugas kita bersama dalam mengembangkan potensi kader demi mewujudkan kaderisasi yang optimal” tuturnya. 
Kegiatan tersebut diakhiri dengan kegiatan Seminar keperempuanan dengan tema “Refleksi Harlah PMII, Semangat Perempuan Madura Hadapi MEA”.(San/PC)

PMII Guluk-Guluk, Pengembangan kreativitas dengan menjual kopi dan buku di FCB INSTIKA



PMII SUMENP.-PMII Guluk- Guluk memiliki cara tersendiri dalam membangaun kretivitasnya, dalam rangka menhadapi Masyarakat Ekomoni Asia (MEA). PMII Guluk-Guluk memanfaatkan acara Festifal Cinta Buku (FC) yang diadakan oleh badan eksekitif mahasiswa (BEM) intitut ilmu Keislaman Annuqayah ( INSTIKA ) sebagai media kratifitasnya.
Keder pmii yang sebagian adalah mahasisiwa ekonomi membuangun sebuah usaha kecil distan FCB Instika. Salah satunya menjual buku-buku ilmiah untuk jurusan PAI dan menbuka stan warung kopi untuk jurusan Ekonomi. 

STIT Al Karimiyah didaulat sebagai kampus pergerakan




PC.PMII_- Hari ini merupakan hari yang sangat agung, suci, meriah, penuh cita, dan sejarah baru bagi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia cabang Sumenep. Hususnya seluruh kader kampus STIT Al Karimiyah tepat di Desa Baraji kecamatan Gapura, yang telah di sahkan sebagai salah satu kampus sehabat di lingkungan sumenep. Perjuangan semangatnya mulai dari beberapa tahun sebelumnya, telah mampu dibuktikan hari ini.(26/05/15)

Acara yang dimulai dari jam 08.00 dan di hadiri oleh semua kader se sumenep, dari tingkat komisariat dan pengurus cabang. Disambut dan mendapat apresiasi yang sangat besar oleh seluruh jajaran akademik kampus STIT Al Karimiyah. Karena dengan hadirnya PMII dikampusnya diharapkan mampu merubah mainsed dan tanggung jawabnya sebagai mahasiswa.

Gali potensi hanya di PMII

SEMANGAT: ketua umum, khairul uam (pegang mik)
 saat sambutan pada acara deklarasi,
PC.PMII_- Deklarasi sekaligus dialog publik yang di adakan oleh kampus STIT Al karimiyah dengan tema PMII adalah wadah yang tepat dalam mengembangkan kreatifitas mahasiswa ini mendapatkan banyak simpati, baik dari civitas akademika dan seluruh kader PMII se Sumenep. (26/05/15)

Dalam prosesi dialog tersebut. Panitia memberikan sepenuh kepada pengurus harian cabang sebagai pembicaranya. Dalam kesempatan itu, ketua umum, ketua I, ketua II, dan ketua III menyampaikan satu persatu sebagai pandangan awal berjalannya dialog tersebut.

Kopi itu inspirasi bagi kalangan aktivis

PC.PMII_- Disepanjang jalan protokol dan gang kecil diseputar kota sumekar diwarnai dan di isi banyak kegiatan-kegiatan yang masih mempertahankan salah satu budaya pemuda oleh sejumlah aktivis mahasiswa pergerakan mahasiswa islam indonesia (PMII.Sumenep). Kopi yang di anggap sebagai sumber inspirasi tidak pernah hengkang disampingnya. Guna untuk tetap mejadikan salah satu media komunikasi dan mempererat solidaritas didalamnya. ( 25/05/15)

Jam menunjukkan 21.00 WIB. Hal itu menandakan waktu ngopi. Dari tempat dimana mereka biasa tinggal ( sekret cabang / komsat) base came bahasa kerennya, dan target sasarannya sebagian warung-warung kecil yang ada dekat trotroar. Ngopi bukan hanya di jadikan tradisi, atau tempat nongkrong dan ngobrol semata, melainkan sebagai media diskusi atau shering materi.

PMII Sumenep LAKNAT Premanisme POLISI

PC.PMII_- Aksi turun jalan yang di lakukan puluhan aktivis PMII Sumenep menyuarakan kepedulian terhadap aktivis yang dipukul oleh salah satu oknum kepolisian daerah situbondo. Aksi solidaritas itu mengajak semua elemen mahasiswa pergerakan untuk bersama-sama melaknat oknum kepolisian tersebut.

Ketua umum PC.PMII Sumenep Khoirul Umam mengingatkan tiga tugas pokok fungsi dan wewenang kepolisian di indonesia. Sikap yang dilakukan oleh oknum polisi Polres Situbondo sudah sangat menyalahi aturan dan bertentangan dengan hukum.

Silaturrahim PC PMII Sumenep Disambut Baik Ketua STIT AL-KARIMIAYYAH



PC Sumenep. Di usia yang ke-15 tahun ini, organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Sumenep berkiprah dan mengabdi terhadap masyarakat. Begitu banyak kader-kader PMII yang sudah mampu menjadikan daerah lebih maju, dan banyak prestasi yang sudah dicapainya. Salah satunya meningkatkan SDM dan keikut sertaan dalam kemajuan daerah kota yang di kenal sebagai kunci lahirnya nusantara ini. 
     Pada usia yang sudah menginjak dewasa ini, PMII Sumenep periode 2015-2016 melahirkan inisiatif untuk melebarkan sayapnya ke berapa kampus baru yang ada disumenep, kalau sebelumnya ada lima Komisariat yang sudah berhasil terbentuk, yakni Komisariat Universitas Wiraraja (UNIJA), STIKIP Sumenep, Komisariat Guluk-Guluk, STIT-Al usmuni dan STKIP YUNIAM. Kali ini kampus STIT-Alkarimiyyah sudah dipersiapkan untuk menjadi salah satunya kampus sahabat di sumenep. Salah satu kegiatan di perode kali ini yang sudah dilakukan oleh keluarga besar PC.PMII Sumenep salah satunya sosialisasi kesetiap kampus, upaya untuk mempererat silaturrohim antar Pengurus Komisariat dan Pengurus cabang dan seluruh kader PMII hususnya. 
       

Terpopuler

Penayangan bulan lalu

INDONESIA

src="http://i1065.photobucket.com/albums/u398/generasibiru9/Untitled-1_zps4errj39x.jpg" />
Diberdayakan oleh Blogger.